Posted in Uncategorized

Mari Gerakkan Tagar Indonesia Berduka

Update blog terakhir : 14 September 2019!

Waktu itu cepet banget berlalu, ya. Tahu-tahu udah lewat 2 minggu sejak terakhir aku nulis di blog ini. Seirama dengan jalannya waktu, aku memperhatikan banyak banget yang lagi terjadi di Indonesia.

Berdasarkan yang aku tahu aja, nih :

Pertama. Karhutla.

Bencana asap di Riau dan Kalimantan. Aku lupa udah kejadian sejak kapan, kayaknya udah dari awal September ini. Dan sampai sekarang, walaupun titik-titik api dilaporkan udah berkurang, masih banyak yang masih terbakar dan kabut asap masih tebal.

Dari pengakuan temenku yang tinggal di Pekanbaru, itu asap sampe masuk ke dalam rumah. Untungnya, kemaren sempet turun hujan di Riau, jadi berkurang. Sekarang? Aku belom tahu.

Sekarang, para pelaku (perusahaan sawit dan pulp) lagi diusut dan empat udah dijadikan tersangka.

Tapi, terakhir kali mereka diadili, mereka bebas, jadi proses pengadilan ini mesti dikawal banget. WALHI, sih, tetap setia mengawal.

Kedua. Pengesahan RUU KUHP.

Pengesahan RUU KUHP. Katanya RUU KUHP ini udah digodok lama. Lima tahunan kalo gak salah. Alasannya, karena KUHP yang kita pake sekarang itu masih produk Belanda, jadi udah gak cocok diterapkan di zaman sekarang. Yup, aku setuju!

Tapi…

Pengesahan ini seakan-akan diburu-buru, gak tahu kenapa. Sosialisasi katanya udah dilakuin dan beberapa pihak ahli dan universitas-universitas udah diundang buat menggodok RUU KUHP ini. Anehnya, LBH malah menolak RUU KUHP, jadi berarti LBH gak diundang?

LBH, lho, LSM yang paling paham tentang masalah hukum di tengah-tengah rakyat, terutama rakyat kecil. Lengah, wakil rakyat!

Ketiga. Kontroversi RUU PKS.

Penolakan RUU PKS oleh… PKS sendiri. Aku jujur gak tahu soal pembuatan RUU PKS (udah lama sebenernya isunya), tapi banyak elemen masyarakat udah mendukung RUU ini, tapi partai Islami ini menolak. Kenapa?

Ada selentingan yang bilang UU Kekerasan Seksual udah diwakili dalam UU KUHP, jadi mereka merasa itu cukup. Sayangnya, masih banyak kekurangan dalam mewakili hak-hak korban. Denger-denger ini ngebuat tuntutan hukum pada pelaku kekerasan seksual gak bisa dilakukan dengan maksimal.

Dan banyak definisi-definisi kekerasan seksual yang belum diwadahi lewat UU KUHP yang berlaku.

Aku setuju banget RUU PKS ini disahkan!

Keempat. Pergerakan OAP.

Awalnya, ada aparat dan beberapa ormas yang menggerebek asrama Papua karena berita hoax tentang mahasiswa Papua ngebuang bendera merah putih ke got. Beneran hoax karena gak terbukti.

Pas lagi ngerebek, beberapa aparat dan ormas ngata-ngatain “monyet” ke mahasiswa Papua ini. Keselnya, aparat dan ormas ini gak pernah diusut. Gak heran kalo sebagian dari Orang Asli Papua (OAP) mau misah dari NKRI.

OAP sekarang lagi masif bergerak untuk referendum. Terakhir kali, daerah yang minta referendum itu Timor-Timur, yang ujung-ujungnya merdeka, dan sekarang jadi negara yang berdikari, bernama Timor Leste.

Ini yang bikin rakyat terpecah lagi. Ada yang gak mau Papua misahin diri dari NKRI, ada yang mendukung banget mereka untuk merdeka, melihat nasib mereka terlunta-lunta di bawah pemerintah Indonesia.

Kelima. Kekerasan Aparat.

Di antara yang lainnya, ini agak kurang membesar. Mungkin karena banyak hal lain yang menyita perhatian masyarakat. Salah satu kasusnya aparat yang memukuli petani yang berunjuk rasa.

Kalau gak salah, ini kasus perusahan tambang lawan petani yang gak mau lahannya diambil. Bahkan, ada aktivis yang ditangkap soal ini, namanya Budi Pego.

Entah gimana ini kelanjutan kasusnya. Tapi, akhir-akhir ini kayaknya aparat nyantai banget hidupnya. Entahlah.

Keenam. Gempa-gempa.

Dari yang kecil sampe yang gede. Dari Mataram sampe Banten. Sebenernya ini udah terjadi sejak 2018 lalu, yang bahkan menyebabkan anomali tsunami di Banten. Tapi, kupikir ini udah berhenti, eh, ternyata susul-menyusul.

Dan yang terbaru (baru aja kemaren), gempa Ambon dan ternyata ada korban jiwa. 😢

Turut berduka untuk Ambon.

Ketujuh. Unjuk Rasa Mahasiswa.

Wah, ini unjuk rasa mahasiswa yang terbesar sejak 1998. Kalo dilihat dari banyaknya masalah, siapa yang nyalahin mahasiswa jadi merasa perlu bergerak?

Sayangnya, seperti biasa, ada aja oknum yang manfaatin keadaan. Setelah jam 6 mereka pulang, oknum-oknum ini rusuh di belakang gedung DPR/MPR dan bakar-bakaran.

Ini juga diwarnai dengan kekerasan oleh aparat. Makin dibenci aja mereka sama rakyat. Apalagi, ada satu mahasiswa yang meninggal di Kendari, terkena peluru tajam. Satu lagi kena, tapi masih kritis. Dan banyak korban luka-luka.

Turut berduka kepada mahasiswa yang meninggal dan luka-luka selagi berjuang untuk rakyat,

Kedelapan. Penangkapan Aktivis.

Segera setelah unjuk rasa mahasiswa, ada dua aktivis yang ditangkep, yaitu Dandhy Dwi Laksono (pendiri watchdoc yang suka bikin film dokumenter, salah satunya “Sexykillers“) dan Ananda Badudu, anggota Banda Neira, kayaknya dia salah satu koordinator aksi, karena aktif ngurusin mahasiswa aksi.

Kalo Dandhy Dwi Laksono ditangkep gara-gara cuitannya soal Papua, Ananda Badudu ditangkep gara-gara mengalirkan dana ke mahasiswa. Aparat kita, kok, rusuh banget sekarang, ya?

Ujung-ujungnya mereka lepas, tapi berasanya seakan-akan kita lagi diancem buat gak beropini macem-macem tentang pemerintah.

Tapi, rakyat Indonesia udah maju, dong. Bebal mereka sekarang.

Kesembilan. STM Bergerak.

Lucunya, buatku, ini juga jadi kontroversi di tengah masyarakat Indonesia. Masih banyak yang nganggep mereka harusnya anteng di sekolahan. Ini aku gak setuju.

Anak setara STM/SMK/SMU itu, dalam ilmu psikologi, udah berada pada usia dewasa awal. Siapa yang bikin mereka jadi kanak-kanak? Ya, orang dewasa sekitar mereka yang gak sanggup membiarkan mereka jadi dewasa.

Yang lebih parah, banyak orang dewasa yang ngejek mereka gak tahu apa-apa. Padahal, ya, ini salah satu proses mereka untuk jadi dewasa.

Sayangnya, orang Indonesia mengkultuskan sekolah. Sekolah emang penting, tapi proses belajar ada di mana-mana, bukan cuma di satu tempat aja.

Wah, banyak banget yang lagi terjadi di Indonesia kita ini, ya. Selain ini, ada juga kasus kematian di daerah tambang yang ditanggapi tanpa empati sama sekali oleh salah satu menteri. Responnya cuma : orang tua harusnya ngawasin anak!

Sangat, sangat tidak simpatik dan bodoh.

Ada lagi yang kelewat? Kasih tahu aku di kolom komentar, ya! 😌